Puspita Wulandari, Operator Desa Kedungwilut yang Tekuni Usaha Kain Flanel . Asal tekun dan kreatif, kerajinan berbahan flanel bakal menjadi kerajinan tangan yang bernilai ekonomis tinggi. Seperti yang dilakukan Puspita Wulandari. Wanita asal Desa Kedungwilut, Kecamatan Bandung kabupaten Tulungagung ini mampu meraup belasan juta rupiah per tahunnya dari hasil kerajinan berbahan kain flanel berupa macam bunga. Biasanya, bunga flanel ini dipesan untuk dijadikan sebuah buket atau kado. Baginya, di usia muda, artinya 26 tahun, ia harus bisa mandiri. Melalui kreativitas, lebih disukai menggunakan kain flanel untuk menjadi bahan bisnisnya. Pemilihan material bukan tanpa alasan. Selain murah dan gampang di dapat, kain flanel ini mudah dijadikan berbagai bentuk kerajinan yang menarik dan unik. Salah satunya, membentuknya menjadi beragam jenis bunga. Seperti mawar, tulip, dan lainnya.

ttps://youtu.be/0qgqhKZWqwA

Galeri

Kalau ditanya omzet itu bervariatif. Kalau bulan biasanya raup keuntungan hingga 1-2 jutaan rupiah, Tapi kalau wisuda, lumayan ramai bisa 3-4 jutaan, rupiah. ” kata pemilik akun instagram teha craft ini”. Puspita mengakui, cukup banyak muda-mudi Tulungagung yang menjalankan usaha kerajinan kain flanel. Untuk membedakan, Puspita membuat beragam bentuk bunga seperti peony. apple blossom, garbera, matahari dan lainya.Dia mengaku mendapatkan referensi tersebut dari berbagai sumber, termasuk YouTube dan Pinterest. “Belajar lebih ke otodidak karena dari kecil menyukai kerajinan tangan. Tapi dengan ke- canggihan teknologi dan informasi, bisa belajar melalui internet,” terangnya. Puspita mengaku tidak mengalami kesulitan berarti. Hanya saja, dia diburu dengan waktu. Dia harus pintar membagi waktu agar karir dan usahanya bisa berjalan beriringan. Mengingat pengerjaan kain flanel cukup lama. Untuk membuat buket sedang, bisa memakan waktu 3 jam. Sedangkan buket besar dengan bentuk bunga yang rumit dan besar bisa memakan waktu seharian. “Jadi lebih banyak sukanya daripada sulitnya. Jadi buat enjoy aja, jelasnya. Untuk pemasarannya, Puspita mengaku memasarkan melalui media sosial seperti Instagram. Karena pemasaran melalui media sosial dianggap lebih luas. Ini dibuktikan dengan pesan terjauh di wilayah Jawa Barat. Mengenai harga, biaya Puspita membandrol kerajinanya dengan harga sekitar Rp 10 ribu hingga Rp 260 ribu, tergantung pada ukuran dan kompleksitas model buket. “Sebenarnya, ini juga berfungsi offline. Tapi aku masih menumpang di toko ibuku, katanya sambil tersenyum. Puspita mengejar bisnis ini karena dia ingin memberikan pekerjaan untuk orang lain. Dengan begitu, itu dapat mengurangi anka pengangguran dan tidak bekerja di luar kota.Saya juga pernah menjadi narasumber di kegiatan Tulungagung UMKM “katanya.

 

Bagaimana reaksi anda mengenai artikel ini ?